Papa Kembalikan Tangan Ita...!! Ita Janji tidak nakal lagi Papa,??? Mirisss, Berikut kisahnya....


Untuk beberapa orang-tua yang anaknya kreatif, jangan sampai lagi dipukul ya.. Tolong baca cerita riil yang menyentuh hati ini, cerita tentang seseorang anak kecil bernama Ita yang memohon pada papanya untuk kembalikan tangannya.

Sebagai orang-tua kita layak menghalangi perbuatan pasangan untuk memukul sang buah hati.
Terlebih pada anak-anak yang masih kecil dan tidak paham apa-apa.

Mengajar dan berikan evaluasi melalui cara memukul bukan cara paling baik. 
Ayah, Kembalikan Tangan Ita
Inilah cerita riil itu :

Sepasang suami isteri seperti pasangan lain di kota-kota besar meninggalkan anak-anak untuk diasuh pembantu rumah saat mereka bekerja. Anak tunggal pasangan ini, wanita berumur tiga 1/2 th.. Sendirian dirumah, dia kerap dibiarkan pembantunya yang repot bekerja.

Dia bermain di luar rumah. Dia bermain ayunan, berayun-ayun diatas ayunan yang dibeli papanya, maupun menuai bunga matahari, bunga kertas dan lain-lain di halaman rumahnya.

Satu hari dia lihat sebatang paku karat. Dia juga mencoret semen tempat mobil ayahnya diparkirkan namun karena lantainya terbuat dari marmer, coretan tak terlihat. Dicobanya pada mobil baru ayahnya. Ya… lantaran mobil itu berwarna putih, coretannya terlihat jelas. Apa lagi kanak-kanak ini juga bikin coretan sesuai dengan kreativitasnya.

Hari itu ayah serta ibunya mengendarai motor ke tempat kerja lantaran jalan macet. Sesudah sang anak mencoret penuh segi yang samping kanan dia beralih ke samping kiri mobil. Dibuatnya gambar ayam serta gambarnya sendiri dsb untuk ikuti imaginasinya. Peristiwa itu berlangsung tanpa ada diakui si pembantu rumah.

Pulang petang itu, terkejutlah bapak ibunya lihat mobil yang baru setahun dibeli dengan cicilan. Si ayah yang belum lagi masuk ke rumah ini juga selalu menjerit, ‘Kerjaan siapa ini? ’ Pembantu rumah yang tersentak dengan jeritan itu lari keluar. Dia juga beristighfar. Mukanya merah padam ketakutan lebih-lebih lihat muka bengis tuannya.

Sekali lagi diserahkan pertanyaan keras padanya, dia selalu menyampaikan ‘Tak tahu…! ’ ‘Kamu dirumah selama seharian, apa sajakah yg kau kerjakan? ’ hardik si isteri lagi. Si anak yang mendengar nada ayahnya, mendadak lari keluar dari kamarnya. Dengan penuh manja dia berkata ‘Ita yg bikin itu papa…. cantik kan! ’ tuturnya sembari memeluk papanya ingin bermanja seperti umum. Si bapak yang hilang kesabaran mengambil sebatang ranting kecil dari pohon bunga raya di depannya, selalu dipukulkannya berkali-kali ke telapak tangan anaknya.

Si anak yang tidak tahu apa-apa terlolong-lolong kesakitan sekalian ketakutan. Senang memukul telapak tangan, si bapak memukul juga belakang tangan anaknya. Si ibu hanya mendiamkan saja, seakan merestui serta terasa senang dengan hukuman yang dipakai. Pembantu rumah terbengong, tidak paham mesti berbuat apa? Si ayah cukup keras memukul-mukul tangan kanan serta lalu tangan kiri anaknya.

Setelah si ayah masuk ke rumah dituruti si ibu, pembantu rumah menggendong anak kecil itu, membawanya ke kamar. Diliatnya telapak tangan serta belakang tangan si anak kecil luka-luka serta berdarah.

Pembantu rumah memandikan anak kecil itu. Sembari menyiram air sembari dia turut menangis. Anak kecil itu juga terjerit-jerit menahan kepedihan waktu luka-lukanya itu terkena air. Si pembantu rumah lalu menidurkan anak kecil itu. Si ayah sengaja membiarkan anak itu tidur berbarengan pembantu rumah. 

Keesokkan harinya, ke-2 iris tangan si anak bengkak. Pembantu rumah mengadu. ‘Oleskan obat saja! ’ jawab tuannya, ayah si anak. Pulang dari kerja, dia tak memerhatikan anak kecil itu yang menghabiskan saat di kamar pembantu. Si ayah konon ingin mengajar anaknya. Tiga hari berlalu, si bapak tak pernah menjenguk anaknya sesaat si ibu juga demikian namun setiap hari ajukan pertanyaan pada pembantu rumah. ‘Ita demam…’ jawab pembantunya ringkas.

‘Kasih minum obat penurun panas, ’ jawab si ibu.

Sebelumnya si ibu masuk kamar tidur dia menjenguk kamar pembantunya. Waktu diliat anaknya Ita dalam pelukan pembantu rumah, dia tutup lagi pintu kamar pembantunya. Masuk hari ke empat, pembantu rumah memberitahukan tuannya kalau suhu tubuh Ita sangat panas. ‘Sore kelak kita bawa ke klinik’ kata majikannya itu. Hingga waktunya si anak yang telah lemah dibawa ke klinik. Dokter mengarahkan ia dirujuk ke rumah sakit lantaran kondisinya serius. Sesudah satu minggu di rawat inap dokter memanggil bapak serta ibu anak itu.

‘Tidak ada pilihan.. ’ tuturnya yang mengusulkan supaya ke-2 tangan anak itu diamputasi lantaran gangren yang terjadi telah sangat kronis.

‘Tangannya telah bernanah, untuk menyelamatkan nyawanya ke-2 tangannya butuh dipotong dari siku ke bawah’ kata dokter.

Si ayah serta ibu seperti terserang halilintar mendengar kalimat itu. Merasa dunia berhenti berputar, namun apa yang bisa dikatakan. Si ibu meraung merangkul si anak. Dengan berat hati serta lelehan air mata isterinya, si ayah terketar-ketar menandatangani surat kesepakatan pembedahan.

Keluar dari bilik pembedahan, selepas obat bius yang disuntikkan habis, si anak menangis kesakitan. Dia juga heran lihat ke-2 tangannya berbalut kasa putih. Ditatapnya muka bapak serta ibunya. Lalu ke muka pembantu rumah. Dia mengerutkan dahi lihat mereka semuanya menangis. Dalam siksaan menahan sakit, si anak bertemura dalam linangan air mata.

‘Papa.. Mama… Ita akan tidak melakukannya lagi. Ita tidak ingin dipukul ayah. Ita tidak ingin jahat. Ita sayang ayah.. sayang ibu. ’ tuturnya berkali-kali membikinkan si ibu gagal menahan rasa sedihnya.

‘Ita juga sayang Kak Narti.. ’ katanya melihat muka pembantu rumah, sekalian membikinkan gadis itu meraung histeris.

‘Papa.. kembalikan tangan Ita. Untuk apa di ambil.. Ita janji tidak bakal mengulanginya lagi! Bagaimana langkahnya Ita ingin makan kelak? Bagaimana Ita ingin bermain kelak? Ita janji tdk bakal mencoret-coret mobil lagi, ’ tuturnya berkali-kali.

Terasanya copot jantung si ibu mendengar kalimat anaknya. Meraung-raung dia sekuat hati tetapi takdir yang telah terjadi, tidak ada manusia bisa menahannya.


Pelajaran yang begitu bernilai buat para orangtua, anak nakal itu umum, bila anak kecil terluka, berilah perhatian sendiri pada anak serta janganlah tergantung pada pembantu. lantaran mereka sejatinya cuma membantu. Pekerjaan paling utama mendidik anak ada di tangan anda!!!

Sumber Artikel : berita-medianet.com

TERIMA KASIH Sudah Membaca dan Membagikan. Silahkan Masukkan Email Anda untuk Berlangganan Secara Gratis di Bawah Ini dan Tekan Tombol Subscribe

loading...