Nyatanya, binatang dan alam sering kali tak dianggap ada oleh manusia. Dengan egoisnya, kita hidup di bumi dipenuhi perasaan kagum dan bangga bahwa kita adalah raja. Manusia adalah penguasa bumi. Dan sebagai manusia, kita merasa punya hak untuk berlaku apa saja yang kita inginkan pada makhluk hidup lain. Duh…
Mulai dari pohon-pohon yang ditebang tanpa memperhatikan keberlangsungan lingkungan hingga tingkah manusia yang membuang sampah seenaknya. Semua itu mencerminkan sifat egois dalam diri kita. Padahal, kalau bicara soal fakta, manusia bisa apa tanpa bantuan makhluk hidup lain?
Cuma demi gengsi agar punya foto keren di sosial media, banyak manusia yang tak peduli dengan hewan dan secara egois memaksa mereka untuk berfoto ria!
Beberapa waktu yang lalu, dunia sempat dihebohkan dengan foto dua orang pria bodoh yang dengan santainya ‘berselancar’ di atas penyu….
Pria bernama Ricky Rogers beserta seorang temannya tengah jadi bulan-bulanan di dunia maya. Berkat unggahan fotonya yang terlihat santai ‘berselancar’ di atas penyu yang menjadi viral di Internet, Ricky disebut bodoh oleh masyarakat pemerhati lingkungan.
Terlepas dari fakta apakah penyu tersebut masih hidup atau sudah meninggal kala mereka mengambil foto tersebut, yang jelas fakta tak terelakkannya adalah mereka menggunakan tubuh binatang untuk bersenang-senang tanpa mempedulikan bagaimana perasaan penyu tersebut.
Pihak berwajib kini tengah melakukan investigasi. Tindakan bodoh Ricky dan temannya yang menuai kontroversi tersebut bisa membuat mereka harus membayar dengan $ 20.000! Sebuah nominal yang kiranya pantas untuk menghargai kebodohan mereka.
“Sayangnya, dari banyak kasus yang mencintai binatang, tingkah Ricky dan temannya saja yang sudah ramai dibicarakan. Padahal kita semua juga sama saja. Nyatanya, kita sering lupa bahwa binatang juga punya perasaan. Tingkah-tingkah kita yang memaksa binatang untuk berfoto bersama kita sering kali lebih menyakiti mereka dari yang kita kira…”
Tengok saja perilaku manusia-manusia di tempat wisata. Mereka memaksa makhluk Nocturnal seperti burung hantu untuk berfoto di teriknya siang!
Saat ini, kamu bisa dengan mudah menemui tempat-tempat keramaian yang menyediakan sosok burung hantu untuk diajak berfoto bersama. Entah siapa yang mengawali. Namun tingkah biadab tersebut sekarang semakin menjamur dan menyebar ke hampir setiap wilayah di Indonesia.
Padahal burung hantu adalah makhluk nocturnal yang lebih akrab dengan bulan dan beristirahat kala matahari menyapa. Pola hidup mereka kemudian secara egois diganggu oleh manusia. Demi kepentingan ‘uang’, manusia secara egois memaksa burung hantu untuk merasakan teriknya siang. Berfoto bersama pengunjung yang sama-sama egois dan tak mau mengerti penderitaan yang dirasakan oleh burung hantu tersebut.
Bayangkan kalian diminta untuk terjaga dan terus tersenyum pada jam tidur kalian. Apakah kalian bisa menikmatinya? Jelas tidak!
Hal nggak jauh beda juga dilakukan oleh mereka-mereka di kebun binatang. Memisahkan anak macan dari induknya cuma demi foto yang memuaskan pengunjungnya
Tingkah yang sama-sama biadab juga dilakukan oleh beberapa pengelola kebun binatang. Lihat saja pada bagian pojok foto bersama binatangnya. Salah satu yang mereka andalkan adalah daya tarik bayi macan yang masih lucu dan polos itu untuk dijadikan objek foto bareng pengunjungnya. Memisahkan mereka dengan induknya cuma agar pengunjung berani dan tertarik untuk foto bersama mereka.
Logikanya, bayi mana sih yang mau dan rela dipisahkan dengan ibunya? Bayi manusia saja menangis keras kala jauh dari ibunya. Pun demikian dengan bayi macan. Namun dengan keegoisannya yang tinggi, manusia tak peduli dengan hal itu. Kita memisahkan bayi binatang yang masih lucu itu untuk dijadikan objek foto. Dengan dalih menguntungkan secara ekonomi, kita lupa bahwa binatang juga makhluk hidup yang punya perasaan.
Masih ingat dengan kasus lumba-lumba yang dipaksa hidup di kolam demi kepentingan bisnis ‘pemiliknya’? Ya, sirkus yang kejam telah merenggut kebebasan mereka
Kalau kalian pernah membaca literatur soal lumba-lumba, kalian pasti paham bahwa mamalia laut yang satu ini berkomunikasi lewat gelombang suara tinggi yang memantul di lautan. Artinya, lumba-lumba adalah makhluk yang sepanjang hidupnya memerlukan kebebasan. Bagi lumba-lumba, berenang bebas di laut lepas adalah dunia yang begitu mereka cintai.
Namun, kita juga nyatanya masih sering melihat kasus lumba-lumba yang dipaksa hidup di kolam yang memiliki luas seadanya. Dibatasi oleh dinding yang begitu sempit, mana ada lumba-lumba yang bahagia?
Kalian nggak mau kan hidup di penjara? Oleh karenanya jangan memaksa lumba-lumba hidup dalam kolam ya. Dengan antusias datang menyaksikan dan berfoto bersama lumba-lumba, kalian juga turut andil dalam membuat mereka mati. Sirkus itu kejam. Mereka merenggut kebebasan lumba-lumba. Meskipun lumba-lumba terlihat menurut dan ceria saat pertunjukan, namun dalam batin mereka berontak. Tak ada makhluk yang mau kebebasannya dirampas!
“Semua itu jadi bukti nyata bahwa manusia itu makhluk egois. Cuma demi eksistensi di sosial media, kita berani merampas bahagia dan kebebasan dari hewan!”
Kalau memang niatnya cuma ingin berfoto bersama mereka, harusnya kita yang pergi ke alam bebas. Bukan memaksa mereka meninggalkan habitatnya
Contoh Allan Dixon, ia adalah salah satu contoh manusia berhati baik hingga ia dicintai oleh binatang. Alih-alih merampas kebebasan binatang, Allan justru memilih untuk aktif mendatangi mereka satu-satu saat ingin mengambil foto bersama mereka. Dengan penuh kesabaran ia ‘berbicara’ dengan binatang-binatang tersebut.
Hasilnya? Silahkan cek sendiri. Nyatanya dari semua foto yang diambil Allan bersama binatang, binatang tersebut terlihat bahagia dan bebas di habitatnya!
Yuk kita sudahi tingkah bodoh manusia yang suka egois dalam memperlakukan binatang! Manusia dan makhluk ciptaan Tuhan lain itu harus hidup berdampingan. Bukan saling bermusuhan. Apalagi sampai menyiksa dengan merampas kebahagiaan serta kebebasan binatang…
loading...