wartaberitatki.com - Cerita dan berita tentang mifta terus berdengung disemua media baik online maupun offline. Meskipun Mifta telah tiada banyak manusia serasa tertampar baik muka fisik maupun muka batinnya.
Dunia serasa kehilangan satu bagian tubuhnya. Dunia merasa bersalah, sangat bersalah.
Donasi terus mengalir dan mengalir tanpa bisa dibendung.
Andai kita semua menemukan Mifta sebelum semua ini terjadi mungkin sekarang Mifta masih ada dan kita bisa bahu membahu meringankan kehidupan Pak Pujo, Mifta dan Jopi.
Donasi kita semua ibarat sebuah permintaan maaf yang hanya sebuah permintaan maaf. Tak bisa mengembalikan Mifta pada keluarganya.
Tak sedikit orang yang meneteskan air mata bila napak tilas kehidupan mifta sebelum semua ini terjadi.
Dulu Mifta hidup bersama ayah dan adiknya di rumah berdinding bambu yang hanya berukuran 6 x 5 meter. Mifta biasa tidur beralaskan kasur lusuh bersama adik semata wayangnya. Sedangkan Pak Pujo sendiri tidur beralaskan tikar.
Bila hujan lebat terjadi rumah itu serasa dihujani batu, riuh disana sini dan atapnya bocor. Ditambah lagi bila hujan bercampur angin.
Tak banyak harta benda yang mereka miliki, hanya dua ekor kambing betina yang mereka punya. Yang bisa mereka harapkan bila suatu saat mereka membutuhkan uang mendadak.
Mifta adalah semangat hidup Pak Pujo.
Keahlian Pak Pujo hanyalah sebagai dukun pijat. Siapapun yang membutuhkan relaksasi dengan pijat badan biasa menghubungi beliau.
Mifta yang sering mengantarkan Pak Pujo menemui pelanggan-pelanggannya, maklum Pak Pujo tidak buka praktek dirumah karena kondisi yang seperti itu.
Mifta benar-benar penyemangat hidup Pak Pujo, Istri yang dicintainya tak juga memberikan kabar ataupun kiriman uang apapun pada keluarga.
8 tahun adalah waktu yang tak sebentar untuk ukuran keluarga mereka. Hati siapa yang tak hancur lebur berkalang tanah dalam waktu selama itu tak juga berkirim kabar.
Namun...setelah kejadian ini santer di sosial media sang Istri baru menghubungi. Setelah semuanya terjadi dan tak bisa diputar kembali.
Kepergian Mifta tak memberikan tanda-tanda apapun pada Pak Pujo ataupun pada Jopi layaknya orang yang akan mengalami perjalanan panjang pada umumnya.
Hanya, Pak Pujo menemukan secarik kertas di saku baju Mifta saat mencuci.
ORANG TUA MANA YANG TAK TERSOBEK HATINYA. Membaca secarik kertas itu yang notabene adalah curhatan Mifta yang sangat-sangat merindukan orang tuanya. Merindukan ibu yang sedari umur 5 tahun telah meninggalkannya tanpa kabar.
Kawan-kawannya pun serasa kehilangan orang yang sangat mereka cintai. Meskipun hidup dalam kehidupan yang kurang beruntung seperti ini Mifta sama sekali tidak malu dengan semua itu.
Temannya banyak karena dia tak suka membeda-bedakan teman.
Mendapatkan Donasi sebanyak itu tak membuat Pak Pujo lupa akan semuanya. Beliau menyisihkan uang untuk disedekahkannya pada tempat mengaji Mifta dulu saat di Madiun.
Pak Pujo dan Jopi sangat berterima kasih atas semua yang telah kita semua berikan padanya. Tak ada yang bisa beliau perbuat untuk segala kebaikan ini.
Semoga kisah hidup Mifta menginspirasi kita semua, jangan sampai ada disekitar kita di kiri kanan rumah kita ada kehidupan yang kurang beruntung.
Kita hidup di jaman sosial media, di era digital yang semua informasi bergerak cepat. Bila kita tak bisa membantu, ajak orang lain untuk ikut membantu. Niatan baik akan selalu mendapatkan imbal balik yang baik.
loading...